ini pengalaman nyata yang dialami ayahanda penulis, Tuan Guru H. Muhammad ideram.
Suatu ketika sekitar awal tahun 2000 an, selesai majelis Mushalla Arraudah sekumpul, Abah Guru Sekumpul memanggil Ayahanda untuk masuk kekamar Mihrab, Setelah ketemu, Abah Guru bilang :
" Mad, aku sudah istiharah beberapa kali, pinanya yang terlintas dihadapanku ni ikam haja, Aku minta tolong lawan ikam cariakan aku wasi sampana carita, dibinuang atau di rantau".
Ayahanda sebagai murid, meski mengaku awam masalah besi besi bertuah, langsung mengiyakan.
"Inggih, Insyaallah" jawab Ayah.
Sesudah pertemuan itu Ayah mencari dan menanyakan kemana mana jejak besi yang di sebut Sampana Carita tersebut. Ketika melihat keris yang terlihat nampak bertuah, bersama penulis, langsung mengantar kesekumpul. sampai beberapa kali mengantar, setelah diperiksa Abah Guru, ternyata bukan yang dimaksud. hal itulah yang membuat kami berdua seringkali berkunjung dan bertemu dengan Abah Guru Sekumpul.
Sampai beberapa bulan Ayah, dibantu penulis terus mencari, tetapi jejak Sampana Carita ini belum juga diketemukan. Namun tanpa lelah Ayah terus mencarinya,Hingga suatu saat Ayah dipanggil oleh Abah Guru Sekumpul lagi, meski belum ketemu barangnya Ayah menghadap Abah Guru.
"kayapa mad, belum dapatkah"? tanya Abah Guru Sekumpul seperti tahu kondisi ayah saat itu.
Ayah jawab jujur : "inggih Guru, belum". Guru Maklum apa yang disampaikan Ayah. Lalu Abah Guru Sekumpul sedikit bercerita : " Sampana Carita tue mad ae sebujurnya ada parak ikam, ikam tahu lah H. Johan, Mad..? Tanya Abah Guru. Inggih itu buhan anak Angkat ulun jua" jawab ayah.
"Abah H, Johan, H Usman kalo ngarannya, sudah datang mad ae, kesini,memadahkan bahwa Sampana Carita itu ada wadah H. Johan".kata Abah Guru Sekumpul.
Ayah manggut manggut mendengar cerita Abah Guru Sekumpul, ini sebuah keganjilan, kerena H. Usman itu sebenarnya sudah meninggal puluhan tahn sebelumnya. sebuah karamah nyata, beliau bisa berjumpa dan berbicara dengan orang yang sudah lama wafat.
Mengakhiri pertemuan itu Abah Guru bilang pada Ayah : " jadi ikam mad ae, datangi kena ke wadah H. Johan, pabila inya kawa kesini bawa inya kesini. kaena telpon dulu aku". "Inggih" jawab Ayah
sekalian pamit untuk pulang. pada saat di tentukan, setelah Ayah menelpon, Ayah dan penulis dan H. Johan sekeluarga sowan ke sekumpul untuk menyerahkan besi Sampana carita tersebut.
Subhanallah
BalasHapus